Materi Perkuliahan

Askep Cedera Kepala Berat menurut SDKI SIKI: Panduan Komprehensif bagi Perawat

Cedera kepala berat (CKB) masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan data dari SDKI (Survei Dasar Kesehatan Indonesia) tahun 2018, insiden cedera kepala mencapai 7,5 per 1000 penduduk per tahun.

Angka ini meningkat dibandingkan SDKI 2013 yang hanya 6 per 1000 penduduk per tahun. Oleh karena prevalensi yang cukup tinggi ini, penting bagi perawat untuk memahami asuhan keperawatan pada kasus cedera kepala berat.

Tulisan ini akan membahas askep cedera kepala berat berdasarkan pedoman dari SDKI SIKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Pembahasan meliputi manifestasi klinis, diagnosis, intervensi, hingga evaluasi keperawatan pada pasien dengan cedera kepala berat.

Manifestasi Klinis Cedera Kepala Berat

Cedera kepala berat ditandai dengan kerusakan jaringan otak akibat trauma yang mengakibatkan gangguan fungsi otak. Berdasarkan tingkat keparahan kerusakan jaringan otak, cedera kepala berat dibagi menjadi tiga tingkatan:

  1. Cedera kepala berat tingkat ringan
    Gejala yang timbul antara lain:
    • Mual dan muntah sementara
    • Sakit kepala
    • Rasa pusing
    • Gangguan ingatan sementara
    • Perubahan tingkat kesadaran ringan
  2. Cedera kepala berat tingkat sedang Gejala yang timbul antara lain:
    • Muntah berulang
    • Memar di sekitar mata
    • Gangguan daya ingat
    • Perubahan emosi
    • Perubahan tingkat kesadaran sedang hingga koma
  3. Cedera kepala berat tingkat berat Gejala yang timbul antara lain:
    • Perdarahan otak
    • Bengkak otak
    • Fraktur tengkorak
    • Koma

Selain itu, beberapa manifestasi umum pada cedera kepala berat adalah:

  • Penurunan tingkat kesadaran
    Mulai dari somnolen, sopor, semi-koma, hingga koma. Hal ini disebabkan adanya kerusakan jaringan otak.

  • Gangguan neurologis fokal Seperti hemiplegi, afasi, dan gangguan penglihatan akibat adanya perdarahan atau pembengkakan di area otak.

  • Risiko perfusi serebral tidak efektif Hipotensi dan hipoksia jaringan otak dapat memicu kerusakan sel neuronal lebih lanjut.

Penegakan Diagnosa Keperawatan Cedera Kepala Berat

Beberapa diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan pada kasus cedera kepala berat antara lain:

  1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan kerusakan pembuluh darah otak
  2. Risiko cidera otak sekunder berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
  3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan refleks batuk dan bersin
  4. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan atau pemasangan alat invasif
  5. Hipertermia berhubungan dengan proses radang di jaringan otak

Intervensi Keperawatan Cedera Kepala Berat menurut SDKI SIKI

Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dalam penanganan kasus cedera kepala berat antara lain:

Pemantauan Tanda Vital

Pemantauan tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh perlu dilakukan setiap 15 menit pada fase akut dan setiap 2-4 jam pada fase pemulihan. Hal ini penting untuk memantau perfusi jaringan otak pasien.

Evaluasi Skor GCS

Skor GCS (Glasgow Coma Scale) perlu dievaluasi setiap 1 jam pada fase akut dan setiap 4 jam pada fase pemulihan. Penilaian GCS berguna untuk memantau perubahan tingkat kesadaran pasien.

Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

Berikan oksigen tambahan bila saturasi oksigen di bawah 95%. Hal ini mencegah hipoksia jaringan otak.

Pemantauan Tekanan Intrakranial

Lakukan pemantauan tekanan intrakranial (intracranial pressure/ICP) bila ada indikasi peningkatan ICP seperti denyut nadi meningkat dan tekanan darah menurun.

Pencegahan Komplikasi

Komplikasi yang perlu diwaspadai antara lain syok hipovolemik, gagal nafas, dan perdarahan otak lanjutan. Oleh karena itu kolaborasi pemberian cairan infus, obat-obatan, dan tindakan bedah sangat penting.

Evaluasi Keperawatan Cedera Kepala Berat

Beberapa hal yang perlu dievaluasi dalam asuhan keperawatan cedera kepala berat adalah:

  • Perfusi jaringan otak efektif ditandai dengan tanda vital stabil, GCS meningkat, tidak ada tanda peningkatan ICP.
  • Terhindar dari komplikasi sekunder seperti perdarahan otak lanjut atau syok hipovolemik.
  • Status neurologis membaik ditandai dengan penurunan defisit neurologis seperti afasia, hemiplegi.

Kesimpulan

Cedera kepala berat masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Pemahaman mengenai asuhan keperawatan berdasarkan SDKI SIKI penting agar perawat dapat memberikan asuhan yang tepat.

Perawat berperan penting dalam memantau kondisi pasien, mencegah komplikasi lebih lanjut, hingga mengevaluasi efektivitas pengobatan yang diberikan.

Dengan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan angka kematian dan kecacatan akibat cedera kepala berat dapat diturunkan.

Comments